Bagaimana penterapan teori belajar dalam pembelajaran yang menggunakan KBK ? kemukakan 3 teori belajar yang anda ketahui !
Pada dasarnya penterapan teori belajar ini sangat bagus tetapi yang menjadi kendala adalah apakah KBK ini mampu diterapkan secara maksimal di sekolah-sekolah.
Ada 3 teori belajar berdasarkan proses belajar pembelajaran yaitu sebagai berikut :
Teori Belajar Thorndike (Koneksionisme). Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem. Dalam belajar yaitu law of effect, law of exercise dan law of readiness. Law of effect, menyatakan bahwa tercapainya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respons, maksudnya bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang memuaskan maka bila stimulus seperti itu muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih tepat, cepat dan intens. Law of exercise, menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respon itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan implikasi bahwa praktek, khususnya pengulangan dalam pengajaran adalah penting dilakukan.
Law of readiness, menyatakan bahwa dalam memberikan respons subjek harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran baik kematangan fisik maupun mental dan intelek. Stimulus tidak akan direspons bila pelajar kurang atau belum siap.
Teori pembiasan klasik (Classical Conditioning). Berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849 – 1936). Pada dasarnya teori ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Selanjutnya, skinner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung dalam eksperimen Pavlov itu tunduk terhadap 2 macam hukum yang berbeda, yakni : law of respondent conditioning berarti hukum pembiasan yang dituntut, sedangkan law of respondent extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut.
Teori Pembiasaan Perilaku Respons (Operant Conditioning). Merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli Psikologi belajar masa kini, teori ini adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respon dalam Operant Conditioing terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya (reinforcer).
Teori Pendekatan Kognitif . Teori ini adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan, Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas : psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi butan, matematika, epistemologi dan neuro psyuchology (psikologi syaraf). Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Mengapa teori belajar itu dijadikan landasan dalam proses belajar pembelajaran?
Teori Belajar dijadikan landasan dalam proses belajar pembelajaran karena teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan pristiwa belajar dan juga teori psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Mengapa dalam proses belajar selalu menggunakan beberapa pendekatan dalam pelaksanaannya di sekolah ? mohon dijelaskan !
Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru masih bersikap “mau mengajarkan” semua fakta dan konsep dari berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak akan tercapai. Jika guru tetap bersikeras pada sikap ini, maka satu-satunya jalan pemecahan yang umum dilakukan ialah menjejalkan semua fakta dan konsep itu kepada siswa. Dengan demikian, guru akan bertindak sebagai satu-satunya sumber informasi yang maha penting, karena terdesak waktu untuk mengejar pencapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang termudah yakni menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah. Akibatnya para siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan, tidak dilatih untuk menemukan konsep, tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Alasan kedua, para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. Perkembangan pikiran (kognitif) nak sesungguhnya oleh gerakan dan perbuatan. Anak harus bergerak dan berbuat sesuatu terhadap objek yang nyata. Pada prinsipnya anak mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar karena didorong oleh rasa ingin tahu. Karena itu, anak akan belajar dengan cara yang paling baik jika prakarsanya ditampung dalam kegiatan belajar mengajar. Jean Peaget mengatakan : “… mengetahui suatu objek tak lain daripada memperlakukannya”. Intisari atau esensi pengetahuan adalah kegiatan, aktivitas, baik fisik maupun mental.
Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru, yang pinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Semua konsep yang ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan diperbaiki. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah yang demikian dalam diri anak maka cara menuangkan informasi sebanyak-banyaknya ke dalam otak anak tidaklah sesuai dengan maksud pendidikan. Anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis dan mengusahakan kemungkina-kemungkinan jawaban terhadap satu masalah. Dengan lain perkataan anak perlu dibina berpikir dan bertindak secara kreatif . yang terpenting bukanlah menjejalkan “ikan” kepada anak untuk dimakan sebanyak-banyak, melainkan bagaimana memberikan “kail” kepada anak untuk dapat memancing sendiri.
Alasan keempat dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Konsep di satu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus disatukaitkan. Jika yang ditekankan pengembangan konsep tanpa memadukannya dengan pengembangan sikap dan nilai akibatnya adalah intelektualisme yang “gersang” tanpa humanisme. Kita bukan hanya tidak mampu menghasilkan ilmuwan, tetapi juga tidak mampu membekali lulusan dengan sikap-sikap yang manusiawi, yang kita tuju adalah menghasilkan insan pemikir sekaligus insan yang manusiawi yang menyatu dalam satu pribadi yang selaras, serasi dan seimbang. Karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.
Bagaimana cara memberikan motivasi dalam kegiatan proses belajar dan pembelajaran di sekolah kepada siswa dan sebutkan 5 bentuk motivasi !
Memberikan motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Ada 6 cara memberikan motivasi dalam proses belajar pembelajaran yaitu sebagai berikut :
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Menjelaskan secara kongkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik dikemudian hari
Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual atau kelompok
Menggunakan metode yang bervariasi.
Bentuk-bentuk motivasi yang dimaksud adalah :
Memberi angka – nilai yang baik dapat memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar. Apabila angka yang diperoleh anak didik lebih tinggi dari anak didik lainnya, maka anak cenderung mempertahankannya. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasi belajarnya.
Hadiah – memberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan atau cendera mata. Hadiah yang diberikan bisa berupa apa saja tergantung dari keinginan pemberi kepada peserta didik yang berprestasi. Misalnya : pada kenaikan kelas atau dapat dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar, hadiah berupa benda seperti buku tulis, pensil, penggaris dan lain-lain.
Pujian – alat motivasi yang positif setiap orang senang dipuji terlebih lagi dalam KBM untuk menyenangkan peserta didik. Pujian dapat berfungsi untuk mengarahkan peserta didik kepada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Memberi tugas – dapat diberikan oleh seorang guru setelah selesai menyampaikan bahan pelajaran. Tugas yang diberikan dapat berupa membuat rangkuman dari bahan pelajaran yang baru dijelaskan atau tugas yang lainnya.
Hukuman adalah alat motivasi yang negatif tetapi diperlukan dalam pendidikan. Kesalahan anak didik karena melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa sanksi menyapu lantai, mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan, membersihkan kamar mandi dan lain-lain.
Mengapa psikologi belajar sangat berperan dalam proses belajar pembelajaran terhadap siswa ?
Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Artinya, ilmu pengetahun tentang jiwa, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa, perbuatan-perbuatan jiwa, gejala jiwa atau fungsi jiwa. Kegiatan belajar mengajar terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik mempunyai aspek jiwa raga yang selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Supaya pendidik dapat melaksanakan pendidikan dengan sebaik-baiknya dan dapat mengerti pertumbuhan fisik dan perkembangan fisik peserta didik, serta dapat memahami perbedaan tingkah laku, sikap, minat, perhatian, perasaan dan keadaan serta kemampuan peserta didik maka hendaklah setiap pendidik mempelajari psikologi. Dengan kata lain, mempelajari psikologi pendidikan, pendidik akan memahami pertumbuhan, perkembangan dan perbedaan-perbedaan peserta didik antara yang seorang dan yang lain. Sebagai contoh dalan perkembangan intelegensi ada peserta didik yang jenius, cerdas dan normal, ada yang lambat belajar, terbelakang. Dengan perantaraan psikologi pula pendidik dapat memahami faktor-faktor yang baik yang disadari maupun tidak disadari yang mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan peserta didik.
Bagaimana cara anda mengetahui hasil belajar ?
Dalam sistem kurikulum Berbasis Kompetensi dikenal model atau skenario pembelajaran. Model atau skenario pembelajaran dalam kurikulum 1994 sama dengan metode mengajar. Salah satu bentuk model pembelajaran melalui KBK yaitu dengan adanya CTL (Contextual Teacher and Learning). Contextual Teacher and Learning mengambil bentuk kegiatan belajarnya dari konteks alam sekitar,
Dengan tujuan untuk membangkitkan minat dan kompetensi anak agar dapat belajar mandiri dalam rangka memecahkan masalah kehidupannya dikemudian hari. Jadi dengan kata lain belajar menanamkan kemandirian, guru hanya sebagai fasilitator
Mengapa perlu dievaluasi hasil belajar ? sebutkan ciri-ciri evaluasi dalam belajar?.
Menurut Bloom ada 3 cara untuk mengetahui hasil belajar yaitu sebagai berikut :
Ranah Kognitif (Cognitive Domain). Ranah kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan dan kemampuan intelektual seseorang. Tujuan keluaran belajar kognitif melibatkan siswa ke dalam proses berpikir seperti mengingat, memahami, menganalisis, menghubungkan, memecahkan masalah dan sebagainya.
Tingkatan ranah kognitif :
Ingatan = mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, menanamkan, mendaftar, menjodohkan, menyebut, memilih, menyatakan.
Pemahaman : mengubah, mempertahankan, membedakan, menafsirkan, menjelaskan, menerangkan, memperluas, menggeneralisasikan, memberi contoh, menyimpan, membuat parafrase, meramalkan, menulis kembali, meringkas.
Aplikasi : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasi, memodifikasi, meramalkan, menyiapkan dll.
Analisis : memerinci, mendiagramkan, mengidentifikasikan, menyimpan, menghubungkan, menunjukkan dll.
Sintesis : mengkategorikan, menyusun, mengarang, menciptakan dll.
Evaluasi : menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menjelaskan dll.
Ranah Afektif (Affective Domain). Yang termasuk ke dalam ranah afektif ini adalah perasaan, nada, emosi dan variasi tingkatan penerima dan penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif lebih bersifat kesadaran melalui penerimaan dan kecondongan terhadap nilai-nilai.
Tingkatan Ranah Afektif :
Penerimaan (receiving) : menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, menempatkan, menjawab, menggunakan.
Penanggapan (responding) : menjawab, membantu, menyesuaikan diri, mendiskusikan, menghormat, menampilkan, melakukan dll.
Penilaian (valuing) : melengkapi, mendemonstrasikan, mendeskripsikan, membedakan, menjelaskan, mengikuti, membentuk, mengundang, memutuskan, mengusulkan, melaporkan dll.
Pengorganisasi nilai-nilai (organizing) : mengikuti, menyusun, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menjelaskan, memodifikasi, mengorganisasikan, menyiapkan, menghubungkan dll.
Karakterisasi nilai-nilai yang kompleks (characterising by a value or complex) : melakukan, membedakan, memperlihatkan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, merevisi, melayani dll.
0 Comments:
Posting Komentar